Suara Parpol Islam vs Parpol Nasionalis Sejak Pemilu 1955 – 2014

PARPOL ISLAM VS PARPOL NASIONALISSejak pemilu 1955, gabungan suara parpol Islam selalu kalah melawan gabungan suara parpol nasionalis. Pada pemilu 1955, gabungan suara parpol Islam sebesar 43,7%, kalah dengan gabungan suara parpol nasionalis yang sebesar 51.7%.

Pada pemilu demokratis pertama di era reformasi, yakni pemilu 1999, gap lebih tajam terjadi antara parpol Islam vs parpol nasionalis. Parpol Islam meraih suara sebesar 36.8% sementara parpol nasionalis mendapat suara sebesar 62.3%.

Demikian halnya pada pemilu 2004, parpol Islam mendapatkan suara sebesar 38.1% sementara parpol nasionalis mendapatkan suara sebesar 59.5%.

Dipemilu 2009, gap curam kembali terjadi. Tingkat keterpilihan gabungan parpol Islam turun sebanyak hampir 10 persen menjadi 29.16%. Sedangkan gabungan elektabilitas parpol nasionalis mencapai 70.84%. Naasnya, pemilu 2009 seolah menjadi “kuburan” bagi partai yang berideologi islam. Dari enam partai politik berideologi Islam yang ikut serta dalam pemilu (PKS, PPP, PBB, PKNU, PBR, dan PMB), hanya 2 partai yang lolos aturan Parliamentary Threshold 2.5%, yakni PKS dan PPP.

Demikian halnya pada pemilu 2014. Gabungan parpol Islam belum mampu mengungguli gabungan parpol nasionalis dengan perbandingan 31.4% : 68.6%.

Pertanyaannya, kenapa parpol Islam tak mendapatkan dukungan signifikan dari masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah pemeluk Islam?

Untuk menjawab pertanyaan ini, saatnya parpol Islam melakukan telaah kritis terhadap dirinya sendiri agar pertanyaan paradoks di atas bisa dijawab dengan baik.

Leave a Reply