Oleh : Abdul Hakim MS
Beberapa waktu lalu, saya sudah pernah mengulas posisi parpol Islam vs parpol Nasionalis sejak pemilu 1955 – 2014. (Baca di Sejak Pemilu 1955, Parpol Islam Selalu Kalah dengan Parpol Nasionalis. Kenapa?). Hasilnya, dalam hal perolehan suara, parpol Islam selalu kalah dengan parpol nasionalis.
Pertanyaan kemudian muncul, partai nasionalis mana yang menjadi wadah terbesar aspirasi politik umat Islam?
Untuk pemilu 2014, saya belum melakukan riset secara mendalam. Akan tetapi, untuk pemilu 2009, saya memiliki data yang cukup menarik.
Dari hasil survei nasional yang dilakukan SSI pada Oktober 2011, diperoleh data menarik terkait kemana kencenderungan pilihan politik umat Islam dalam menyalurkan aspirasinya ke parpol. Ternyata, tiga urutan teratas saluran aspirasi politik umat Islam jatuh ke parpol-parpol nasionalis.
Sebagaimana ditunjukkan dalam gambar grafis di atas, tiga parpol terbesar yang menjadi wadah aspirasi politik umat Islam pada pemilu 2009 adalah Partai Demokrat (30.8%), PDI Perjuangan (13.6%), dan Partai Golkar (10.8%).
Sementara itu, parpol-parpol Islam yang sudah mulai mapan, seperti PKB, PAN, PPP, dan PKS berturut-turut berada di nomor 4 – 7. PKB menjadi wadah aspirasi politik umat Islam sebesar 5.6%, PAN 4.4%, PPP 2.8%, dan PKS 2.1%.
Meski demikian, angka persentase yang dimiliki oleh masing-masing parpol ini masih belum merupakan angka pasti, karena masih ada sebesar 26.2% umat Islam yang enggan menyebutkan pilihan politik mereka di pemilu 2009. (ditunjukkan dalam grafis dengan kode RHS/TJ/TT yang menjadi akronim dari Rahasia/Tidak Jawab/Tidak Tahu)
Dari data ini bisa kita simpulkan, bahwa posisi parpol Islam dalam konteks politik nasional memang bukanlah wadah favorit untuk menyalurkan aspirasi politik mereka. Hal itu setidaknya bisa dilihat dari beberapa indikasi antara lain; pertama, dari posisi urutan hasil penelitian di atas, tiga besar pilihan politik umat Islam adalah partai nasionalis (Demokrat, PDI Perjuangan, dan Golkar). Posisi parpol-parpol Islam hanya duduk di urutan 4 – 7 dan seterusnya.
Kedua, jika digabungkan, suara tiga parpol nasionalis terbesar yang menjadi pilihan politik umat Islam dalam pemilu 2009 (Demokrat, PDI Perjuangan, dan Golakar) mencapai separuh lebih dari jumlah umat Islam yang ada di Indonesia (yakni 55.3%). Bandingkan dengan jumlah gabungan suara parpol Islam yang ada diurutan 4 – 7 (PKB, PAN, PPP, dan PKS) yang hanya mencapai 14.9%.
Ketiga, bahkan seandainya jumlah suara umat Islam yang enggan memberikan jawaban terhadap pilihan politik mereka pada pemilu 2009 (yakni sebesar 26.2%), diberikan ke parpol-parpol Islam, kemudian ditambahkan lagi suara yang ke PKNU, PBR dan PBB, suara gabungan parpol Islam masih dibawah angka 50%, yakni 42.2%. Jumlah ini pun masih kalah dengan jumlah gabungan suara tiga besar partai nasionalis yang menjadi wadah terbesar aspirasi umat Islam (yakni 22.3%). Padahal dalam kenyataannya, tidak mungkin dari jumlah 26.2% tersebut semuanya memilih parpol Islam.
Lagi-lagi, data ini menujukkan masih ada persoalan serius yang menjadi ganjalan bagi parpol Islam untuk bisa merebut hati kaum muslimin di Indonesia. apa yang salah? Sebaiknya parpol Islam mulai melakukan instropeksi diri agar di pemilu 2019 hasilnya bisa lebih baik.